Budaya Kesenian di Pulau Sabu NTT
Kesenian yang paling menonjol dalam  budaya dan tradisi masyarakat Pulau Sabu adalah seni tari dan tenun ikat  tradisional Pulau Sabu. Seni tari yang ada di Pulau Sabu  antara lain  adalah Padoa dan Ledo hau. Padoa ditarikan kaum pria dan wanita sambil bergandengan tangan, berderet  melingkar, menggerakkan kaki searah dengan jarum jam, kaki dihentakkan  sesuai irama tertentu menurut nyanyian Meno Pejo, diiringi Pedue yang diikat pada pergelangan kaki para penari. 
Pedue ialah anyaman yang terbuat dari daun lontar yang bentuknya seperti  ketupat yang diisi dengan kacang hijau secukupnya sehingga menimbulkan  suara sesuai irama kaki yang dihentak-hentakkan. Ledo Hau  dilakukan berpasangan oleh pria dan wanita diiringi bunyi gong dan  tambur serta giring-giring yang melingkar pada kaki pria sabu. Hentakan  kaki, lenggang dan pandangan merupakan gerakan utama. Gerakan lain dalam  tarian ini ialah gerakan para pria yang saling memotong dengan klewang yang menjadi perlengkapan tari para pria. 

Sedangkan  kesenian Pulau sabu yang juga sangat menonjol dalam budaya dan tradisi  masyarakat Pulau sabu adalah Tenun ikat tradisional Pulau Sabu. Kain  tenun ikat tradisional Pulau Sabu yang paling terkenal adalah si hawu atau sarung sabu dan higi huri atau selimut. Masyarakat Sabu melakukan semua proses penenunan kain  tenun tradisional Pulau Sabu ini seperti yang biasa dilakukan oleh  masyarakat pada umumnya di Nusa Tengggara Timur.
 Benang yang menjadi  bahan dasar Kain Tenun Pulau Sabu itu direntangkan pada langa atau kayu perentang khusus yang digunakan untuk memudahkan mengikat  benang sesuai dengan motif yang akan dibuat, setelah itu benang tersebut  kemudian dilumuri dengan lilin. Setelah proses pelumuran lilin tadi  kemudian dilakukan proses Pencelupan warna.
Proses pencelupan warna ini dilakukan dengan empat warna dasar yakni  biru pekat, nila, merah  dan hitam, ramuan untuk proses pencelupan warna  kain tenun sabu menggunakan bahan pewarna alami yang bisa didapat dari  dari mengkudu dan kuning dari kunyit. Motif yang dikenal dalam kain  tenun tradisional Pulau sabu antara lain adalah motif flora dan fauna  serta motif geometris. Setelah itu benang tersebut direntangkan kembali  pada langamane atau alat tenun untuk memulai proses tenun.
Comments
Post a Comment