Makna tiang rumah adat Praijing, Sumba Barat



Jalan menuju lokasi kampung adat Praijing, Sumba. Yeremia Shedeas Siahaan /Shutterstock.com


Setiap tiang yang terpancang pada rumah di kampung adat Praijing, Sumba Barat memiliki makna tersendiri.
Kampung adat Praijing terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini di kampung tersebut terdapat 38 rumah tradisional khas Sumba, sisa dari kebakaran pada tahun 2000 yang menghanguskan empat rumah.
Berjarak tiga kilometer dari pusat kota, letak kampung ini persis di atas bukit Praijing yang tinggi. Sehingga Anda dapat leluasa menikmati pemandangan dengan panorama memesona dengan hamparan persawahan.
Dari kampung itu pula Anda dapat melihat bentangan Kota Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat.
Secara umum, rumah adat Sumba biasa disebut Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu bermakna rumah besar, sementara Uma Mbatangu berarti rumah menara.
Laman National Geographic Indonesia menggambarkan rumah tradisional di sana berbentuk rumah panggung dengan atap berundak menjulang bak menara. Namun begitu, beberapa rumah juga tampil tak bermenara.

Marthen Ragowino Bira yang pernah menjadi Kepala Desa Tebara menerangkan, bahwa rumah adat di kampung tersebut terbagi menjadi tiga bagian.
Pada bagian bawah (Lei Bangun) dipergunakan untuk memelihara hewan ternak, bagian tengah (Rongu Uma) untuk penghuni, dan bagian atas atau menara (Uma Daluku) diperuntukkan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan alat pusaka.
Pada bagian atap, rumah dilengkapi dengan semacam tiang berukir yang digunakan sebagai pintu pembeda antara pintu laku-laki dan pintu perempuan.
Biasanya pintu laki-laki digunakan oleh kepala rumah tangga atau ayah untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan pintu perempuan digunakan oleh ibu yang akan pergi ke pasar.
Pada rumah bermenara juga terdapat empat tiang yang menjadi penyangga menara. Pada tiap menara ada yang bermakna 'tiang perempuan' karena letaknya dekat dengan dapur yang merupakan pusat aktivitas Inna (ibu).
Sementara tiang lainnya disebut dengan 'tiang laki-laki' karena tempatnya bedekatan dengan ruang tamu tempat pada pria berdiskusi.
Pada setiap tiang, terdapat detail bundar. Para penduduk meyakini di sinilah tempat bersemayamnya Marapu, agama keyakinan suku Sumba.
Marapu merupakan agama asli yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, NTT. Diartikan "yang dipertuan" atau "yang dimuliakan", agama ini merupakan keyakinan yang didasari pada pemujaan arwah-arwah leluhur.

Potensi wisata
Kampung adat Praijing, merupakan salah satu destinasi wisata potensial dengan hamparan batu prasejarah megalitikum di dalamnya. "...Kita berharap tempat ini bisa menjadi obyek wisata nantinya," jelas pemerhati Budaya Sumba Umbu Yeremias kepada Times Indonesia.
Kampung adat ini juga ditetapkan sebagai salah satu situs budaya oleh pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Sumba Barat.
Jika Anda berkunjung ke kampung adat tersebut, dalam laman blog Fakhrianindita tertulis pemerintah juga kerap menyambut para wisatawan dengan penampilan atraksi budaya khas Sumba, seperti tari Woleka, Kataga, dan Pajura.
Menurut Umbu, akses jalan menuju kampung adat Praijing saat ini tergolong baik, para wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi atau jasa travel.
"Memang jalannya nampak aspal tapi tidak semua karena sebagian masih bebatuan dan pasir saat hujan," ungkapnya.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah setempat, seperti dikatakan Johana Boro SH, Koordinator Program Penataan Pemukiman berbasis komunitas, adalah melalui kucuran dana sebesar Rp1 Miliar pada 2016 untuk penataan dan merehabilitasi rumah adat.
Dana itu juga diperuntukkan bagi pembangunan jalan dalam kampung, serta mendirikan pagar keliling dan fasilitas pendukung di dalamnya.
Jika sudah memadai semua sarana dan prasarana di Kampung Praijing, tentunya Pemda akan membuka akses pariwisata bagi wisatawan yang hendak mengunjungi tempat itu.

sumber beritagar.id

Comments

Popular posts from this blog

Wisata Madiun

Wisata Cibubur

Area Wisata Jakarta