Tempat wisata NTT Pulau Semau yang Mistik dan sangat mempesona
Tempat wisata NTT Pulau Semau yang Mistik, begitulah julukan untuk Pulau Semau di Kabupaten Kupang, NTT. Meskipun gersang dan kering, pulau yang berada beberapa kilometer dari Pulau Timor ini punya pantai berpasir putih yang cantik.
Nama Pulau Mistik merupakan julukan yang diberikan oleh banyak orang untuk Pulau Semau. Semau bukanlah pulau padat penduduk.
Tak banyak traveler yang ingin berkunjung ke tempat ini. Ya, mungkin hanya wisatawan yang memang punya kepentingan di sini, seperti ingin berkunjung ke rumah sanak saudara atau sekadar ingin menikmati eksotisme pantai yang ada di pulau itu.
Siang yang begitu menyengat seperti berada di atas bara api. Kulit hitam lagi, tapi itu bukan masalah dan tidak akan menyurutkan niat saya untuk mengeksplor tempat ini.
Mungkin bagi sebagian besar orang, Pulau Semau adalah pulau yang gersang dan kering, bahkan sekilas tak ada keindahan sama sekali yang bisa kita dapatkan di sana. Kalau kering dan gersangnya saya sependapat, bahkan saya ingin menambahkan kalau untuk mendapatkan air bersih di pulau ini pun masih sangat sulit.
Tapi kalau ada yang mengatakan di sebuah tempat yang kering dan gersang ini tak punya keindahan, sayalah yang akan berdiri paling depan dan berkata, "Itu semua salah!" Karena keindahan dan ketenangan jiwa ada di Pulau Semau.
Pulau yang menawarkan keekotisan pantai dengan hamparan pasir putih yang menawan. Dari sekian banyak pantai yang saya kunjungi, pantai di Semau-lah yang benar–benar menawarkan keindahan surgawi yang memukau. Sepi dan mungkin tak banyak orang yang tahu pantai itu.
Pantai Bukit Liman, orang Semau menyebutnya Pantai Gunung Liman, itulah pantai yang sangat recomended untuk dikunjungi. Untuk akses ke sana dan ingin mendapatkan pemandangan dan menikmati aroma pantai di sepanjang jalan, ambilah jalur pantai. Namun, bahkan mungkin jalanannya hanya dibuat oleh manusia sendiri dengan jalur motor.
Pulau ini terhitung masih sangat terbelakang karena melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan. Padahal, pulau ini hanya berjarak sekitar 30 km dari Kota Kupang dengan menggunakan perahu nelayan. Ongkosnya pun termasuk murah karena untuk pulang pergi saja, cukup mengeluarkan Rp 20.000.
Bayangkan saja betapa tangguhnya para pengendara motor yang terus bersemangat mendaki puncak Bukit Liman yang nyaris tanpa jalan yang bisa dilalui. Anggap saja kita membuat jalur sendiri, dengan dorongan semangat dari dua orang yang duduk santai di belakang, tapi dengan sedikit perasaan takut.
Bagaimana tidak, setiap kita melewati lubang kecil, motor harus 'terbang' beberapa cm hanya untuk mengejar dan melihat matahari terbenam di atas perbukitan Liman. Sunset menjadi salah satu keindahan yang wajib dilihat dari pantai itu.
Tiba di puncak seolah menggambarkan kebahagian sembari mendengarkan suara angin dan ombak yang begitu kencang. Sesekali alam menunjukkan kehebatannya, bagaimana tidak mereka tampak selalu menantang kami untuk terjun ke laut dan bermain bersama ombak.
Baiklah, saya hanya akan mengeksplor keindahan pantai ini dari atas bukit. Ekspresi kami berlima, penjajal tempat–tempat indah nan eksotis, tapi masih sangat perawan. Ya, tempat ini hampir tak pernah dikunjungi orang. Rumput di puncak Liman menunjukkan betapa hebatnya dia beradaptasi dengan perubahan alam. Alam ini tetap berdiri dan berusaha tumbuh dengan perubahan dan kondisi alam yang ada.
Masih harus menunggu 20 menit untuk berpose di depan sunset yang menakjubkan dari Pulau Mistik. Sambil memikirkan gaya apa yang pantas saya tunjukkan di depan sunset yang ada di Liman.
Sunset Liman termasuk yang indah dengan di bawahnya ada sebuah pulau yang entah namanya apa. Kalau aku boleh berkata, sunset itu identik dengan keromantisan.
Sunset hanya datang sekali dalam sehari dan itu hanya berlangsung beberapa menit. Sama seperti orang yang memiliki hubungan, mereka bertemu melepas rindu lalu, kembali melepaskan pelukan.
Begitulah matahari tenggelam yang datang menyapa alam. Bergerak mendekat lalu menghilang dan menunggu esok hari untuk melihatnya lagi. Selain itu, panorama alam ini juga seperti dua manusia yang sedang jatuh cinta. Seolah-olah mengumbar keindahan di antara orang yang melihatnya.
Matahari yang tenggelam akan selalu mengajak traveler yang melihat untuk selalu memperhatikannya. Seolah matahari berkata, "Hey ini duniaku kalian semua hanya penonton di sini, jadi lihatlah aku, pandanglah aku, akulah penguasa saat ini, penguasa di kala senja kalian datang." Begitulah senja menyombongkan dirinya, karena indah yang ia tampakkan kepada para penikmatnya.
Dikutip dari: detik.com
Comments
Post a Comment